Selamat malam menjelang sahur…
Dua hari yang lalu aku baru dapet pencerahan nih dan tampaknya pencerahan ini langsung didatangkan dari Yang Maha Pencipta. Asek.
Jadi gini, waktu dua hari yang lalu aku buka puasa di Masjid Jami’ Kota Malang. Nah, Masjid itu adalah salah satu masjid yang terbesar di Kota Malang. Biasanya kalo aku lagi bosen di rumah atau nggak ada kerjaan aku abis ashar dateng ke masjid ini. Ya entah ngaji kek, atau dengerin ceramah (bukan sombong ya, cuma membanggakan diri). Soalnya di masjid ini biasanya ada ceramah gitu kalo abis ashar. Istilahnya ngabuburit gitu lah. Tp ini ngabuburit yang bener-bener berguna. Daripada keliling-keliling nggak jelas kan mending duduk dengerin tausiyah dari para ustad di sana (ceileeh~).
Waktu kesana dua hari yang lalu itu aku bareng dua temenku. Kebetulan yang satu udah pulang sebelum buka puasa, jadi tinggal berdua aja tuh. Setelah ngambil ta’jil yang disediain masjid, kami pun duduk di teras masjid. Pas disitu entah dapet angin apa tiba-tiba ada orang yang mendatangi kami atau dalam istilah kerennya itu nyamperin kami sambil mengucap salam,”Assalamu’alaikum.” Kata beliau.
Kami pun menjawab,”Wa’alaikumsalam.” Sambil bingung kenapa kok tiba-tiba orang ini nyamperin kami.
Setelah berkenalan, kami pun mengetahui bahwa nama orang ini adalah Ahmad (entah gimana tulisannya, Achmad atau Ahmad). Yang membuat kami semakin tercengang adalah setelah mengetahui bahwa orang ini ternyata adalah muallaf yang dalam Agama Islam artinya adalah orang yang baru masuk ke Agama Islam.
Bukan bermaksud SARA, tapi bagi yang nggak berkenan, bisa baca postinganku yang lain aja sebelum terlambat. Karena disini aku cuma ingin bercerita pengalamanku tentang agamaku sendiri.
Kami bercerita cukup panjang lebar yang kurang lebih begini isinya :
Beliau adalah seorang muallaf sekitar 7 bulan yang lalu, jadi ini merupakan puasa Ramadhan pertama beliau. Beliau bilang hari-hari pertama puasa beliau rasakan berat sekali karena beliau memang belum pernah puasa secara berturut-turut seperti ini. Bahkan kami cukup terkejut saat beliau bilang kalau beliau beberapa hari terakhir tidak melaksanakan sahur. Bayangkan saja, seorang muallaf yang berpuasa untuk pertama kali tanpa melakukan sahur karena dia memang sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Orang kita yang udah terlatih puasa dari kecil aja kalau nggak sahur rasanya udah sampe lemah letoy tak berdaya. Apalagi yang muallaf seperti beliau.
Namun setelah itu beliau berkata,”Tidak apa-apa, yang penting kita yakin pada Allah bahwa Allah tidak akan menguji umatnya melebihi kemampuan umatnya.” Bayangkan, beliau ternyata sudah memiliki keyakinan yang kuat seperti itu yang bahkan kita sebagai muslim dari lahir belum tentu memiliki keyakinan sekuat itu. Ditambah lagi cerita bahwa beliau dulunya adalah arsitek yang notabenenya adalah pekerjaan yang mampu menghasilkan uang yang cukup banyak. Beliau juga bilang kalau beliau dulu memiliki beberapa investasi. Namun, semua usaha beliau disita oleh orang tua beliau yang tidak menyetujui kalau beliau menjadi muallaf. Maka jadilah beliau menjadi orang biasa yang kadang hidupnya luntang-lantung tidak jelas kemana arahnya.
Beliau datang bersama istrinya ke masjid ini. Kata beliau, istri beliau tidak berani masuk masjid karena tidak memakai kerudung. Sekedar tambahan, istri beliau juga seorang muallaf bersama-sama dengan beliau. Mereka berdua datang ke Malang dengan uang yang pas-pasan. Mereka sekarang tinggal di sebuah Yayasan Muallaf di jakarta Timur. Mereka datang ke Malang dari Surabaya. Dari rumah teman beliau seingetku. Dengan uang yang pas-pasan tersebut beliau ingin mencoba kembali ke yayasannya di Jakarta tadi. Aku sepintas menganalisis bahwa uang mereka sebenarnya tidak akan cukup untuk kembali ke yayasan tersebut setelah mendengar ceritanya. Tapi lalu beliau mengatakan seperti ini,”Saya yakin walaupun kami menjadi seperti ini, Allah itu sayang dengan saya. Kadang istri saya mengeluh, tapi saya tetap meyakinkan dia bahwa kalau kita yakin, Allah itu pasti akan memberi jalan.”
Dari cerita ini aku berpikir, sebenarnya muallaf itu kadang justru lebih kuat imannya daripada kita yang sudah terlahir sebagai Islam. Karena mereka masuk Islam dengan keyakinan mereka dan pengetahuan mereka tentang Islam dan justru kadang mereka lebih mengetahuinya dibanding orang yang Islam dari lahir.
Sebenernya diam-diam setelah shalat jamaah di masjid itu, aku mau tahu bagaimana cerita selanjutnya tentang keyakinan dia terhadap Islam. Namun setelah shalat, aku nggak bertemu dengan beliau lagi. Lagipula setelah kejadian itu aku juga yakin Allah punya rencana kenapa aku dipertemukan dengan orang itu.
Itulah segelintir cerita pengalamanku waktu ke Masjid Jami’ Kota Malang dua hari yang lalu. Sebenarnya banyak cerita yang nggak diceritakan di sini mengingat keterbatasan waktu, konsentrasi, dan ingatan penulis. Kalau ada yang mau nanya-nanya bisa kirim surat ke rumahku atau pun lewat merpati pos. Lebih bagus sih comment atau yang udah nge-follow aku di twitter bisa mention juga. Tau caranya kan?
Sumber : Pengalaman dengan ingatan pas-pasan
